-->

Mengikis Sumber Kerusakan

Berbagai polimik dalam kehidupan ini yang kita lihat jika itu melihat dengan mata hati, namun tidak akan menjadi rintangan yang berat kita mengikuti Islam secara keseluruhan. Dalam terdapat berbagai  penghalang agar manusia tidak terjerumus pada kejahatan atau hanya terkena bibit-bibit kerusakan. Karenanya, kita dapati perhatian terhadap larangan lebih besar dibandingkan dengan perhatian terhadap perintah. Namun demikian, bukan berarti meremehkan perintah, tetapi sikap tegas terhadap setiap larangan, terutama yang bersifat haram.

Mengikis Sumber Kerusakan

Karena larangan yang ada, tidak lain karena adanya bahaya dan kerusakan pada perkara-perkara yang dilarang tersebut. Karenanya, larangan tidak boleh dilanggar. Dewasa ini kita temukan banyak kesalahan yang terjadi di tengah masyarakat dan kita. Mereka begitu kuat menjalankan perintah, bahkan dalam masalah-masalah yang sunnah sekalipun. 

Namun mereka sering menyepelekan larangan, bahkan melanggarnya. Contohnya betapa banyak dalam masyarakat kita orang yang senantiasa puasa, shalat bahkan qiyamullail tiap malam, namin ia tetap menjalankan transaksi bisnisnya secara riba. Contoh lainnya, wanita yang mengeluarkan zakat hartanya secara sempurna, namun ia tetap tidak mengenakan jilbabnya. Semua ini tentu tidak sesuai dengan syari'at, tidak sesuai dengan apa yang di contohkan Rasulullah Shalalahu alaihi wasallam, para sahabatnya dan orang-orang yang bersama mereka dalam satu gerbong ketakwaan.

Karena dasar ibadah adalah menjauhi semua larangan Allah Subhanahu wata'ala, hal ini jalan kesuksesan untuk memerangi nafsu. Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam bersabda; ''Hindarilah berbagai larangan, niscaya engkau akan menjadi manusia yang paling baik ibadahnya''. (H.R. Tirmidzi). 

Aisyah Radhiallahu 'anhu berkata, ''Barang siapa yang ingin menjadi orang yang lebih utama dari orang yang ahli ibadah, hendaklah ia menjauhi dosa''. Ketika ditanya tentang orang-orang yang tergiur oleh kemaksiatan, akan tetapi tidak melakukannya, Umar Radhiallahu 'anhu berkata, ''Mereka adalah orang yang hatinya mendapat ujian dari Allah Sbhanahu wata'ala. Mereka akan mendapat ampunan dan pahala kebaikan yang besar.''  

Ibnu Umar r.a berkata, ''Beberapa dirham yang di jauhkan dari yang haram, jauh lebih baik dari bershadaqah seratus ribu dirham.'' Hasan basri berkata, ''Tidak ada ibadah yang lebih baik dari meninggalkan apa yang dilarang Allah Subhanahu wata'ala.'' Umar bin Abdul Aziz berkata, ''Taqwa bukan sekedar qiyamullail dan puasa disiang hari, akan tetapi melakukan apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wata'ala dan meninggalkan semua larangan-Nya, jika di tambah dengan amal perbuatan baik yang lain, maka itu lebih baik lagi.'' Semua ini mengisyaratkan kepada kita bahwa meninggalkan maksiat lebih utama dari menjalankan perintah. Namun sekali lagi, bahwa hal ini tidak berarti bahwa seorang muslim bisa meremehkan kewajiban.

Sebagaimana yang sering diutarakan oleh orang-orang yang hatinya sakit. Mereka tidak menjalankan kewajiban sedikitpun, namun mereka mengklaim bahwa lebih bertakwa daripada orang-orang yang shalat, puasa dan melakukan berbagai ibadah lainnya. Karena mereka tidak melakukan perbuatan yang dilarang. Mereka bergaul ditengah masyarakat dengan baik, tidak pernah berbuat onar dan lain sebagainya. Mereka inilah orang-orang yang menyimpang jauh dari ajaran Islam, bahkan menyelewengkan maksud dan pengertian Islam yang sebenarnya.

Berlangganan update artikel terbaru via email: