-->

Menjauhakan diri dan anak dari sifat ghibah

Sebagai orang tua yang memiliki anak tentu, harapannya agar anaknya menjadi anak yang shalih shalihah, berhati mulia, berprilaku yang baik. Seorang ibu tentu memiliki tanggung jawab yang lebih atas prilaku serta nasihat, mendidik dan membentuk anak-anak mereka kelak. Pada zaman ini, zaman dimana sangat modern, tak jarang kita melihat, mendengar lingkungan yang tidak sesuai syari'at.
.......
Menjauhakan diri dan anak dari sifat ghibah

Sebagai contoh kecilnya, acara televisi yang tidak lagi mementingkan prasaan, tidak lagi mendidik, acaranya hanya ajakan prilaku negatif. Acaranya gosip, menggunjing, gibah sudah menjadi hal yang lumrah di lingkungan serta media yang beredar yang jelas-jelas dilarang Oleh Allah dan Rasul-Nya. Inilah yang mereka tuntut beberapa tahun silam yakni kebebasan bermedia.

Dan televisi inilah yang hampir setiap saat di lihat dan di dengar oleh anak-anak kita yang masih pikiranya kosong atau sering disebut kaset kosong. Kita tahu kaset kosong, apa saja yang yang di dengarnya itulah yang akan dikatakannya. Jika dia mendengar hal yang baik maka yang baik itulah yang akan di katakannya, begitu juga sebaliknya.

Secara bahasa, ghibah artinya membicarakan mengenai hal negatif atau positif tentang orang lain yang tidak ada kehadirannya di antara yang berbicara. Dari segi istilah, ghibah berarti pembicaraan antar sesama muslim tentang muslim lainnya dalam hal yang bersifat kejelekkan, keburukan, atau yang tidak disukai. Bedanya dengan dusta, sesuatu yang diperbincangkan dalam ghibah memang benar adanya.

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah shallalhu alaihi wasallam bersabda yang artinya:

Artinya: ''Tahukah kalian, apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah Saw bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah Saw, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah Saw menjawab, jika yang kamu bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya''. (H. R. Muslim)

Firman Allah Subhanahu wa ta'ala sebagai berikut:

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

Artinya: ''Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.'' [Q.S. Al-Hujurat : Ayat 12]

Bahaya Ghibah dalam Pandangan Islam
Ghibah merupakan perbuatan yang tergolong dalam dosa besar, sebagaimana Imam Al-Qurthubi ungkapkan dalam kitab Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, bahwasanya ghibah itu sebanding dengan dosa zina, pembunuhan, dan dosa besar lainnya. Sedangkan menurut Hasan Al Bashri, perbuatan bergunjing lebih cepat merusak agama dibandingkan dengan penyakit yang menggerogoti tubuh.  Ghibah sendiri membahayakan bagi orang yang dibicarakan, diri sendiri, bahkan kalayak ramai.

1. Mendapat murka Allah Subhanahu wa ta'ala.
Seorang muslim yang mempergunjingkan saudaranya dalam hal bukan ghibah yang diperbolehkan, sama saja artinya ia telah menghina makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa ta'ala. Selain itu, ia juga telah melanggar larangan Allah Subhanahu wa ta'ala, sehingga pantas jika ia mendapat kemarahan dan kemurkaan dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Tiada ada balasan kepada orang yang mendapat kebencian daripadanAllah Subhanahu wa ta'ala kecuali siksa neraka.

2. Hatinya menjadi keras
Ghibah yang buruk itu dimana bibirnya terasa seperti diberi manisnya madu sehingga sangat senang ketika membicarakan keburukan orang lain. Tidak jarang diiringi dengan kata-kata yang tidak pantas atau umpatan. Dalam keadaan begini, bukan Allah yang berada di hatinya, melainkan iblis yang turut bersarang di hati bahkan di bibirnya. Tiadak ada kebaikan atau keberkahan yang ia peroleh melainkan dosa.

3. Memicu terjadinya pertikaian dan perpecahan.
Tidak ada yang senang ketika aibnya diumbar-umbar kepada khalayak. Sedangkan mereka yang berghibah, artinya telah membeberkan sesuatu yang mungkin saja memalukan dan sangat dirahasiakan. Saat hal demikian terjadi, tak jarang timbul rasa kebencian yang akhirnya berujung pada permusuhan, pengrusakan, perkelahian, bahkan sampai tindak kejahatan pembunuhan. Andai kata dendam itu hanya dipendam sekalipun, pasti akan membuat hubungan di antara keduanya menjadi renggang karena menyimpan perasaan tidak suka satu sama lain.

4. Berani berbuat maksiat.
Orang yang senang bergunjing berarti senang berbuat maksiat. Ia tidak malu menceritakan aib saudaranya kepada orang lain bahkan ia justru merasa bangga karena telah berhasil mempermalukan orang yang ia gunjing. Tidak ada lagi rasa segan dan takut dalam berbuat dosa, maka tidak menutup kemungkinan perbuatan maksiat lainnya juga akan ia lakukan.

5. Melenyapkan amal ibadah seorang mukmin.
Dengan mengghibah, sebenarnya tanpa sadar seseorang sudah menghapuskan sendiri kebaikan-kebaikan yang ia miliki. Dengan kata lain, ghibah  melenyapkan amal ibadah.

6. Amal ibadah ditolak Allah Subhanahu wa ta'ala.
Ghibah juga menjadi penyebab mengapa amal ibadah seseorang tidak diterima di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala.

7. Allah Subhanhu wa ta'ala menjadi murka.
Ghibah menjadikan Allah murka sehingga Ia meninggalkan orang tersebut dan tidak lagi melindunginya. Dalam keadaan demikian, adalah iblis menjadi lebih mudah dalam mempengaruhi manusia sehingga ia pun semakin gencar berbuat maksiat sekaligus semakin jauh dari Allah Subhanhu wa ta'ala.

Berlangganan update artikel terbaru via email: