-->

Kisah Nabi Musa a.s Serta Hikmah

Nabi Musa hidup di zaman kerajaan Fir'aun, Raja Fir'aun adalah seorang Raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia memerinyah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari Raja dan orang-orangnya.

 Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya. Bahkan, mengumumkan dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pada suatu hari Fir'aun terkejut oleh ramalan seorang ahli nujum. Ingat ! ramalan dan nujum adalah dosa yang tidak di ampuni oleh Allah Subhanahu wata'ala (syirik). yang tiba-tiba datang kekerajaan dan memberitahu bahwa akan ada seorang bayi laki-laki yang lahir dari kalangan bani isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.

Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi laki-laki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan mesir di bunuh tanpa kecuali. Maka dilaksanakanlah perintah Raja oleh para pengawal dan tenteranya, setiap rumah di masuki dan di selidiki perempuan yang sedang hamil menjadi perhatian mereka saat melahirkan bayinya, jika yang lahir adalah perempuan dibiarkan hidup namun, jika laki-laki yang lahir maka akan segera di bunuh. Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar dari para anggota kerajaannya bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak ada seorangpun dari bayi laki-laki yang masih hidup.

Yukabat, istri Imran bin Qahat bin Lawi bin Yaqub sedang duduk menanti kelahiran sang bayi di dalam kandungannya yang telah berusia sembilan bulan lebih. Setelah beberapa saat, yukabat melahirkan bayi laki-laki, setelah bayi mencapai usia tiga bulan, yukabat tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil.

Yukabat tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutusnya sebagai Rasul. Bayi Musa mengapung mengikuti aliran sungai dan ke istana Raja Fir'aun. Isstri Raja Fir'aun (Asiyah) melihat peti terapung di sungai dan mengambilnya. Asiyah terkejut melihat isi peti itu ternyata adalah bayi. Ia berkeinginan untuk merawatnya karena ia belum mempunyai punya anak. Semula Raja Fir'aun tidak mengisinkan, namun, setelah melihat kesungguhan istrinya, maka ia pun mengabulkan permintaan Asiyah tersebut.

 Asiyah sangat senang dan segera mencari ibu pengasuh untuk memelihara dan menyusui bayi yang ditemukannya. Banyak wanita ingin menjadi pengasuh, namun Musa selalu menangis. Ketika Yukabat datang untuk mengasuh dan menyusui, Musa tidak menangis. Akhirnya ibu dan anak bertemu kembali.

 Ketika remaja, Musa melihat dua orang berkelahi. Salah satunya dari bani Israil dan seorang lainnya dari suku Qibti (Bangsa Fir'aun). Nabi Musa melerainya, tetapi pemuda dari suku Qibti tidak mau. Karena jengkel, Nabi Musa memukulnya dan pemuda tersebut meninggal. Musa sangat takut, ia segera memohon ampun kepada Allah Subhanahu wata'ala dan meninggalkan Mesir. Dalam pelariannya, Musa menolong dua orang wanita yang mencari air untuk menggembalakan kambingnya dan dinikahkan dengan salah satu putri tersebut.

Setelah dewasa Musa diangkat menjadi Rasul. Ia lalu mengajak istrinya untuk berdakwah. Orang yang pertama di temuinya adalah Fir'aun. Fir'aun marah, karena merasa dirinya sebagai Tuhan. Raja Fir'aun menantang Nabi Musa untuk mewujudkan kemampuannya, fir'aun memanggil para tukang sihirnya. Tukang sihir fir'aun menyihir tali-tali kecil menjadi ular-ular kecil. Nabi Musa melemparkan tongkatnya dan tongkat tersebut berubah menjadi ular besar dan memakan ular-ular kecil tukang sihir fir'aun. Para penyihir mengakui kekuasaan Allah Subhanahu wata'ala dan mengikuti ajaran Nabi Musa a.s dan pengikutnya.

Karena Fir'aun merasa jengkel dan memanggil semua pasukan kerajaannya. Nabi Musa dan pengikutnya berlari hingga ke tepian laut merah. Allah Subhanahu wata'ala lalu memberi petunjuk kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut dan kemudian dilakukan Nabi Musa maka, air laut membelah menjadi dua, menjadi jalan bagi Nabi Musa dan pengikutnya. Setelah sampai di seberang lautan, sedangkan Fir'aun dan pengikutnya mengejar namun masih di tengah. Nabi Musa a.s memukulkan kembali tongkatnya ke laut dan air laut menyatu seperti semula maka tenggelamlah Fir'aun dan para pengikutnnya di tengah laut Merah.

Berlangganan update artikel terbaru via email: