-->

Shahih Muslim - Larangan Menceritakan Semua Yang Didengar

Shahih Muslim -  Larangan Menceritakan Semua Yang Didengar.

shahih muslim larangan menceritakan semua yang didengar

Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz al Anbari telah menceritakan kepada kami Bapakku (dalam riwayat lain disebutkan), Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin Ashim dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan." Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ali bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan seperti hadits tersebut."


Salah satu ciri seorang muslim adalah selalu berkata yang baik atau diam. Selain itu, seorang muslim juga diwajibkan untuk selalu mengutamakan kejujuran. Termasuk dalam bicara dan menyampaikan berita. Lalu, apakah hal tersebut berarti seseorang harus mengatakan semua hal yang didengarnya?


Sayangnya, seorang muslim bukan hanya diharuskan menjaga perkataan dan selalu bersikap jujur saja. Lebih dari itu, seorang muslim juga wajib memiliki kemampuan analisis dan berpikir kritis. Khususnya untuk setiap informasi yang dia dapatkan. Dengan begitu, setiap perkataan yang keluar dari seorang muslim merupakan hal yang baik dan benar saja.


Seorang muslim dilarang untuk membicarakan segala hal yang dia dengar kepada orang lain. 


1. Peringatan untuk memilah berita yang didengar


Seorang muslim diharuskan untuk memilah berita yang dia dengar sebelum menyampaikannya kepada orang lain. Jika seorang muslim menerima informasi yang tidak dia tahu dengan baik kebenarannya, maka lebih baik mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu atau menyimpannya untuk diri sendiri saja.


2. Tidak semua kabar adalah kabar yang benar


Dalam beberapa kondisi, seseorang tidak dapat mengatur informasi apa saja yang akan dia dengar. Sebagian informasi tersebut bisa jadi benar, namun tentu saja ada juga informasi yang bohong. Jika seseorang menyampaikan semua yang dia dengar, secara tidak langsung dia juga menyampaikan kebohongan. Dengan begitu, orang tersebut bisa disebut sebagai pembohong.


3. Seorang muslim bertanggung jawab atas informasi yang dia sampaikan


Ketidaktahuan atas benar atau tidaknya suatu informasi tidak bisa dijadikan alasan untuk lepas dari tanggung jawab. Seseorang memiliki kemampuan untuk mengatur apa saja informasi yang akan dia sampaikan kepada orang lain dan yang akan dia simpan.


Jika seorang muslim mendapatkan informasi yang tidak dia ketahui kebenarannya, maka dianjurkan untuk mencari tahu terlebih dahulu sebelum menyampaikannya kepada orang lain. Hal ini juga menjadi salah satu bentuk tanggung jawab atas setiap perkataan dan informasi yang kita sampaikan kepada orang lain.


Saat ini, berita – berita bisa dengan mudah didapatkan dari mana saja. Baik berita benar ataupun berita dusta atau hoax. Karena itu, sebelum seorang muslim menyampaikan suatu berita, sudah semestinya dia melakukan cross check dulu sebelum meneruskannya kepada orang lain.


Berlangganan update artikel terbaru via email: